Gaya Hidup "Slow Productivity", Produktif Tanpa Toxic Hustle Culture

  • Bagikan
Pm 1733833626769 cmp

Gaya Hidup, Siaptv.com - Di era di mana hustle culture (kultur kerja keras tanpa henti) sering dipuji, muncul tren gaya hidup baru yang lebih seimbang namun belum banyak dibahas: Slow Productivity.

Konsep ini menggabungkan produktivitas berkelanjutan dengan kesejahteraan mental, tanpa terjebak dalam siklus burnout.

Ciri-Ciri Slow Productivity:
1. Prioritas Berkualitas, Banyak Bukan Ukuran
- Fokus pada 2-3 tugas penting per hari, bukan daftar panjang yang tidak realistis.
- Menghindari multitasking dan beralih ke "deep work" (fokus mendalam).

 

2.Istirahat adalah Bagian dari Produktivitas
- Memasukkan waktu "rebahan kreatif" (saat ide justru muncul saat rileks).
- Teknik "kerja seperti penyair": bekerja intensif dalam waktu singkat, lalu istirahat panjang.

3. Digital Minimalism di Tempat Kerja
- Tidak memaksakan respons cepat di chat kerja kecuali urgent.
- Menggunakan tools sederhana (misal: notes fisik atau aplikasi tanpa notifikasi).

4. Produktivitas Tanpa Exploitasi Diri
- Menolak glorifikasi lembur dan hustle porn ("saya kerja 18 jam sehari").
- Menetapkan batasan jelas antara kerja dan kehidupan pribadi.

Keunikan Slow Productivity:
- Tidak Ada di Website Lain? Kebanyakan konten produktivitas masih berkutat pada "how to do more in less time", sementara slow productivity berfokus pada "how to do meaningful work without self-sacrifice".
- Berdasar Sains: Terinspirasi dari penelitian tentang kreativitas (seperti karya Cal Newport) dan psikologi kognitif yang menunjukkan otak butuh downtime untuk ide brilian.
- Anti-Trend: Bertolak belakang dengan narasi viral seperti "rise and grind" atau side hustle obsession.

  • Bagikan
https://youtube.com/@siaptv?si=zXpY6lfhjM945b7A